-->

Cerita Bersama Hotel Singgasana Surabaya




Selasa (12/09/17) saya ditugaskan untuk menghadiri Kegiatan Temu Pemuda Lintas Agama di Singgasana Hotel Surabaya. Sungguh ini merupakan perjalanan yang indah, perjalanan yang penuh dengan perjuangan. Saya berangkat jam 04.56 dengan sepeda motorku bersama teman sepondok yang kebetulan lain jurusan dan semester denganku. Namanya Dasuki.

Segala cara ditempuh, dilakukan untuk mencapai target yang hendak dicapai. Lapar dan dahaga tak jadi penghalang. Waktu yang semakin bergulir diatas putaran roda Sepeda Motorku. Meletakkan tangan diatas stir sepedaku dengan cantiknya memainkan rem dan memfokuskan mata kearah depan. Hingga tiba di Sampang, Laut lepas terlihat menghantam karang pinggiran pantai, yah pantai yang tak terlihat pasirnya sedikitpun. Batas jalan dengan kerasnya dihantam oleh air laut itu. Tak hanya itu, pengendaraan ini juga tak luput dari kipasan angin laut, namun tak lekang oleh keadaan itu, semuanya diperjuangkan dengan baik.

Belokan demi belokan dijalani, dua roda sepeda mulai memanas  mengisyaratkan untuk berhenti. Menepi sejenak di pinggiran jalan, tepatnya jalan lurus masuk ke tol Suramadu. Disitu disela-sela badan yang penuh dengan kesakitan, ku berikan kabar pada seorang teman. Sampai kemudian Perjalanan dilanjutkan, waktu menunjukkan pukul 07.00. Kian ramai pengendara tol Suramadu, para pengendara berlalu lalang memecah luasnya pantai, yah pemandangan elok untuk mata telanjang ini.

Suara gemuruh dan desiran ombak meramaikan kesepian diri, dengan memuji pada Sang Ilahi "Inikah Ciptaanmu, luasnya lautan hanyalah setetes dari nikmatmu yang kau berikan di dunia" gumamku dalam hati, seraya mensyukuri nimat Tuhan yang tiada batas.

Target perjalanan melintasi Suramadu adalah lima menit, cukup singkat bukan ?.  Waktu yang dilalui dengan beberapa kedipan mata karena tak bisa mengdhalimi nikmat yang Ia Berikan. Hingga tiba dipenghujung tol suramadu, seraya Maps Di HP androidku mulai digerakkan, Vivo Y55 perantara Tuhan tuk sampai di tujuan tepat pada batas waktu yang ditentukan. Kyai memberikan waktu tiba di tujuan sampai Jam 10.00 wib. Segala siasat diri memberikan sebuah kesempatan untuk meraih impian. Yah begitulah motivasiku yang digalakkan. Kalian tahu, sang teman tidak mengetahui peta yang akan di gunakan, hanya saja diri merubahnya dengan hitungan menit, semuanya bahkan menjadi mudah dengan hanya mengucapkan "belok kiri dan belok kanan", "menepi kekiri dan menepi kekanan". Beberapa belokan dilalui dipusata kota, kota Surabaya yang terkenal entah dengan apanya. Entah kota pendidikan, kota keramaian, atau kota yang penuh dengan lika-liku jalan. Hmmz sangat menggiurkan.

Waktu menunjukkan jam 07.35, setalah berbagai perempatan, pertigaaan, belokan kiri, kanan dan segala macam dilalui, suara Telpon berdering di kantong jaket Kebanggaan, yaa jaket Fradiksi stain pamekasan, jaket yang penuh dengan kehangatan diri dalam meraih suatu yang dicita-citakan. Penelpon menanyakan "Ada dimana ?" Tukasnya. Dengan nada lirih kujawab "ada apa ? Aku ada di Surabaya. Dengan semangatnya nanya lagi "Gimana, jadi apa ngak yang beli bukunya ke Surabaya ?" Gak usahlah kataku, Nanti kalau aku udah pulang, Aku mampir ke toko buku." Okelah, Saya pesan bukunya kekamu ?"  yaa lah,ok siap, yaa udah aku lanjutkan perjalanan?" Oke .,,

Jam menunjukkan pukul 07.45, tujuan semakin dekat, pengendara mengelakson kendaraannya secara bergantian, belum lagi kendaraan yang didepannya ada yang belok kanan dan belok kiri, malah klakson semakin menjadi-jadi. Terlihat di Maps Suatu pemandangan yang indah dipikiranku, banyak pepohonan yang menutupi gedung-gedung indah, tanaman dan lingkungan yang asri. Hingga pada akhirnya, tibalah disuatu belokan ke kanan tepat ke arah utara melewati jembatan kearah kanan lagi. Yah begitulah perjalanan yang dilewati. Hingga di pos jaga, seorang Satpan menyapa dengan lembutnya, "Silahkan tarus motornya disebelah sana " tepat di kanan jalan tempat berjejer seluruh motor tamu dan pengunjung hotel. Saya menghampirir satpam tadi dengan mengawali pertanyaan "Saya tamu kegiatan pemuda lintas agama, kemana saya harus pergi? Silahkan ikutin jalan lurus, ada musholla di kanan jalan, nanti acaranya dimulai jam.11. Jawab satpam gagah berseragam putih itu. Saya dipersilahkan masuk ke dalam dengan temanku. Dengan wajah gembira yang disiasatinya sampai jam dikuar batas yang ditentukan, yaitu jam 10.00, kini lebih dua jam, tiba di tempat tujuan jam 08.03. Berjalan ke arah yang dituju dengan mengeluarkan kamera ponselku, jepret, jepret begitulah nada lembut suara andoridku, hehe..

Waktu kian berlalu, para pemudawan dari berbagai daerah, datang dan berkumpul dimusholla. Menyapa terlebih dahulu kepada teman-teman baru, dari trenggalek dan malang, namanya sih, Roy, Fandi, dan Dimas. Dengan keperluan sama, tujuan sama, dari daerah yang berbeda, dengan bahasa yang sulit diphami, hehe.. Ngomong opo iki mas ?.. Gumamku dalam hati.

Badan yang  pegal-pegal dilepaskan dengan menelentangkannya pada hamparan keramik putih, dinginnya disertai angin menghempas dedaunan. Kami berbincang seraya melepaskan penat. Hingga kemudian badan tak kuat untuk dihamparkan lagi ingin istirahat panjang. Ahh, desiran mulut menjadi-jadi.  Gulang guling badan ke segala arah, hampir jatuh melebihi batas lantai musholla.

Dedaunan melambai-lambai bukti keceriaan akan datangnya pagi, berfotosintesis dengan oksisgen disekitar, angin meniup dedaunan itu. Birunya daun menyegarkan mata pemberian sang pencipta. Air kolam memancurkan keatas berotasi kembali kebawah. Kebahagiaan burung mengicaukan suasana. Meramaikan telinga dengan alunan irama merdunya. Banyak petugas-petugas mengerjakan perintah atasannya, ada yang menyirami rumput, ada yang melakukan aksi membangun bangunan.

Para pemuda dari setiap daerah berdatangan. Ada 120 Pemuda yang diundang untuk hadir pada kegiatan ini, yaitu dari berbagai lintas agama, yang ada di Jawa Timur. 60 Pemuda Islam, 20 Pemuda Kristen, 15 Pemuda Hindu, 15 Pemuda Buddha, dan 10 Pemuda Khonghuchu.

Setelah sekian lama menunggu waktu yang ditentukan, tibalah pada jam 10.32. Dipanggil oleh salah seorang satpam untuk mengisi data delegasi dan sebagainya. Berbagai pemudawan mengisi borang yang diberi panitia. Dari berbagai agama, Islam, Kristen, Katolik, Budha, dan Konghuchu ikut andil dalam hal ini. Pada jam 11.02 saya bersantai ria diatas kursi empuk sambil mengabadikan momen yang penuh nuansa keindahan ini. Apa boleh buat, seorang teman baru menyodorkan makanan Tango Cokelat didepanku, yah dengan sigapnya satu wafer kuperoleh. Mengabadikan foto tetap berlanjut dengan saling bergantian. Entah bagaimana jadinya nanti jika memori penuh dengan mengabadikan momen ini. Hehe.

Berbagai kelompok dari setiap delegasi bercanda ria sesama temannya, yang entah apa yang dibicarakan tak kunjung usai.
..
Seiring bergulirnya waktu, lonceng di tangan memutar sesui porosnya. Detak jantungnya terdengar ke telinga. Waktu yang dinanti tepat pada putaran 19.00. Semua pemuda memasang sepatu dan merapikan pakaiannya, bergegas keluar dari kamar indahnya. Perut yang kurus memanggil-manggil untuk di isi dengan sesuap nasi. Ruang makan dipenuhi pemudawan suka ria bercanda tawa. seolah dunia takkan pernah kiamat.

Rotasi bumi tak pernah henti, semua pemuda dipersilahkan untuk masuk ke ruang utama.. Satpam penjaga pintu siap menyambut dengan ramah. Pintu besar terlewati. Ruang megah nan besar dipenuhi kursi-kursi lembut dengan meja lebar muat tiga orang, diatasnya dilengkapi note book sederhana, bolpen, air minum, premen, dan gelas cantik si rat Elizabeth. Seminar antar umat beragama akan segera dimulai, moderator memandu jalannya seminar dengan nada lantang memulai dengan salam enam agama.

Pada jam 12.00 para peserta Kegiatan Pemuda Lintas Agama dipersilahkan masuk ke hotel setelah diberikan kunci RFID dengan berisi kata kartunya “It’s Always Good to Come Home”. Semua barang-barang dibawa ke kamar masing-masing. Sebenarnya pusing mencari kamar yang terbilang ratusan kamar. Ada empat ratus lebih kamar singgasana hotel Surabaya. Akhirnya menemukan apa yang dicari, yaitu kamar 408.

Kamar dibuka perlahan, melihat kedalam kamar dengan mata lebar-lebar. Wooww !!! berakhir sudah kehidupan yang serba dengan kesedihan. Kataku dalam hati. Hehe. Mungkin itulah sifat manusiawi. Namun sebetulnya bukan disitulah letak kehidupan sesungguhnya. Hidup baik dan lebih baik apabila kita menikmati apa yang Tuhan berikan kepada kita. Apapun kita terima dengan qonaah. Itulah sebenarnya nikmat dan kehidupan yang baik. Ada banyak hal yang saya dapatkan dihari pertama ini.
Berbagai fasilitas yang ada didalam kamar singgasan hotel surabaya, yaitu kamar mandi yang bersih dengan berbagai alat didalamnya seperti shower, handuk, sabun, wc duduk, dsb. Dikamar biasanya ada dua kaca besar, tv, lampu belajar, meja belajar dengan kursi yang empuk yang menurut saya berguna bagi saya sendiri. Hanya saja berandai-andai tidak pernah sirna dalam pikiran, selalu saja ada hal yang menjadi sebab mengapa saya berpikir demikian. Andaikan saya hidup seperti ini atau sedikitnya ada meja dan kursi belajar yang bisa dipakai setiap hari. Yah, itulah curahan hati yang saat ini terjadi. Dua kasur empuk disertai lemari dan AC yang begitu memyegarkan. Sungguh fasilitas yang sangat baik menurut saya.

Beginilah kehidupan. Ada kaya, miskin. Semuanya harus disyukuri, dengan cara tersebut Tuhan akan mendengarkan kita, mendengarkan curahan hati kecil kita.
Hah, makan bersama merupakan acara inti, entah saat kegiatan Bina Desa V yang saya ikuti atau bahkan di Gubuk Sederhana milik Pak Kyai. Jam 12.45 para tamu Kegiatan berkumpul bersama di ruang makan dengan Menu prasmanan yang dihidangkan. Berbagai menu dipilih satu persatu yang sesuai dengan menu yang lain, ada ikan panggang calo-calo, ayam goreng, terong panggang, dan sebagainya. Layaknya bagaikan keluarga yang lama tak bertemu, dilalui dengan keakraban makan menjadi lebih asyik.

Makan siang sudah berakhir, para pemudawan beranjak dari kursi makannya. Semua kembali ke kamar masing-masing. Televisi mulai dinyalakan, channel demi channel dicari, terpilih SCTV sebagai jalan terakhir, sinetron Siang. Hehe

Menikmati beberapa sinetron sembari menunggu acara pembukaan di POOL SIDE pada jam 14.30. dua orang teman dikamar yang sama sibuk menonton sinetron itu. Saya sendiri sibuk mengetik perjalanan hidup ini yang sedang dibaca kalian.

Para Panitia telah menunggu di pinggiran kolam renang Singgasana Hotel Surabaya, Kakak cantik dan dan tampan berjejer didekat mimbar kehormatan. Para pemuda berbaris rapi dengan sebanyak dua belas kelompok yang beranggotakan sembilan atau sepuluh anggota. Semuanya memasang wajah ceria, bahagia. Karena pada saat itu adalah awal pembuka dari kegiatan yang dilaksanakan selama tiga hari ini yang dibiingkai dengan upacara. Sebelum upacara dimulai, panitia mengadakan gladi kotor sebagai latihan awal dalam meniti upacara yang sebenarnya sambil menunggu para polisi dan kemenag Jatim.



Sang Master of Ceremony membacakan susunan acara satu persatu dibarengi dengan gerakan petugas upacara. Rentetan demi rentetan acara dibacakan. Singkat cerita, upacara selesai. Setiap kelompok ditugaskan oleh panitia PLA untuk membuat yel-yel dan jargom. Setelah itu, panitia membubarkan para pemuda untuk kembali pada masing-masing kamar yang tempati. Kebetulah saya kebagian kamar 408. Kamar paling jauh dari tempat registrasi para tamu hotel. Tapi paling dekat dengan hamparan kolam yang bening airnya.

Beberapa kegiatan terlampaui oleh semangatnya diri untuk mendapatkan secuil keharmonisan dengan teman lain agama. Hal ini tidak membawaku pada keadaan takut, karena dengan ini akan ada perdamaian yang akan terbentuk. Pada hari Rabu pagi (13/09), para pemuda berkumpul di Singgasana Adventure untuk mengadakan kampanye (Menyebar kedamaian) dan outbond, para panitia juga berkumpul. Seluruh kelompok akan menampilkan yel-yelnya, dipandu kak Anggita cantik dari CBP-KPP Jawa Timur. Ia sangat lincah dalam memainkan kata-kata dalam berucap. Semangat pemuda dipancing dengan teriakannya, “Pemuda Lintas Agama” Lantang Mbak Anggita berucap. Serentak para pemuda menjawab “Kami rukun, kami damai, kami harmonis ”.

Kampanye dimulai, para panitia mengarahkan setiap kelompok dipersilahkan berjalan sesuai kelompok masing-masing. Setibanya di pintu depan Singgasana Hotel. Para pemuda dan panitia berkumpul kembali. Senyuman manis dilepas dari wajahnya. Seraya menunggu perintah, pemuda berpose dan berfoto selfie dengan kelompokya masing-masing. Satu persatu kelompok diarahkan untuk membagi-bagikan stiker pada pengguna jalan saat lampu merah menyala. Pubdekdok mengarahkan kamera DLSRnya pada teman-teman yang memberikan stiker. Hingga stiker habis, semua pemuda dipersilahkan untuk kembali ke Singgasana Adventure.

0 Response to "Cerita Bersama Hotel Singgasana Surabaya"

Posting Komentar

#Silahkan Komentar Sewajarnya
#Berkomentar Sesuai Topik yang Dibahas
#Dilarang Meletakkan Link ke Situs, Kecuali Referensi Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel