Cerita Bersama Hotel Singgasana Surabaya
11 Feb 2018
Add Comment
Selasa (12/09/17) saya ditugaskan untuk
menghadiri Kegiatan Temu Pemuda Lintas Agama di Singgasana Hotel Surabaya.
Sungguh ini merupakan perjalanan yang indah, perjalanan yang penuh dengan
perjuangan. Saya berangkat jam 04.56 dengan sepeda motorku bersama teman
sepondok yang kebetulan lain jurusan dan semester denganku. Namanya Dasuki.
Segala cara ditempuh, dilakukan untuk
mencapai target yang hendak dicapai. Lapar dan dahaga tak jadi penghalang. Waktu
yang semakin bergulir diatas putaran roda Sepeda Motorku. Meletakkan tangan
diatas stir sepedaku dengan cantiknya memainkan rem dan memfokuskan mata kearah
depan. Hingga tiba di Sampang, Laut lepas terlihat menghantam karang pinggiran
pantai, yah pantai yang tak terlihat pasirnya sedikitpun. Batas jalan dengan
kerasnya dihantam oleh air laut itu. Tak hanya itu, pengendaraan ini juga tak
luput dari kipasan angin laut, namun tak lekang oleh keadaan itu, semuanya
diperjuangkan dengan baik.
Belokan demi belokan dijalani, dua roda
sepeda mulai memanas mengisyaratkan
untuk berhenti. Menepi sejenak di pinggiran jalan, tepatnya jalan lurus masuk
ke tol Suramadu. Disitu disela-sela badan yang penuh dengan kesakitan, ku
berikan kabar pada seorang teman. Sampai kemudian Perjalanan dilanjutkan, waktu
menunjukkan pukul 07.00. Kian ramai pengendara tol Suramadu, para pengendara
berlalu lalang memecah luasnya pantai, yah pemandangan elok untuk mata
telanjang ini.
Suara gemuruh dan desiran ombak
meramaikan kesepian diri, dengan memuji pada Sang Ilahi "Inikah Ciptaanmu,
luasnya lautan hanyalah setetes dari nikmatmu yang kau berikan di dunia"
gumamku dalam hati, seraya mensyukuri nimat Tuhan yang tiada batas.
Target perjalanan melintasi Suramadu
adalah lima menit, cukup singkat bukan ?.
Waktu yang dilalui dengan beberapa kedipan mata karena tak bisa
mengdhalimi nikmat yang Ia Berikan. Hingga tiba dipenghujung tol suramadu,
seraya Maps Di HP androidku mulai digerakkan, Vivo Y55 perantara Tuhan tuk
sampai di tujuan tepat pada batas waktu yang ditentukan. Kyai memberikan waktu
tiba di tujuan sampai Jam 10.00 wib. Segala siasat diri memberikan sebuah
kesempatan untuk meraih impian. Yah begitulah motivasiku yang digalakkan.
Kalian tahu, sang teman tidak mengetahui peta yang akan di gunakan, hanya saja
diri merubahnya dengan hitungan menit, semuanya bahkan menjadi mudah dengan
hanya mengucapkan "belok kiri dan belok kanan", "menepi kekiri
dan menepi kekanan". Beberapa belokan dilalui dipusata kota, kota Surabaya
yang terkenal entah dengan apanya. Entah kota pendidikan, kota keramaian, atau
kota yang penuh dengan lika-liku jalan. Hmmz sangat menggiurkan.
Waktu menunjukkan jam 07.35, setalah
berbagai perempatan, pertigaaan, belokan kiri, kanan dan segala macam dilalui,
suara Telpon berdering di kantong jaket Kebanggaan, yaa jaket Fradiksi stain
pamekasan, jaket yang penuh dengan kehangatan diri dalam meraih suatu yang
dicita-citakan. Penelpon menanyakan "Ada dimana ?" Tukasnya. Dengan
nada lirih kujawab "ada apa ? Aku ada di Surabaya. Dengan semangatnya
nanya lagi "Gimana, jadi apa ngak yang beli bukunya ke Surabaya ?"
Gak usahlah kataku, Nanti kalau aku udah pulang, Aku mampir ke toko buku."
Okelah, Saya pesan bukunya kekamu ?"
yaa lah,ok siap, yaa udah aku lanjutkan perjalanan?" Oke .,,
Jam menunjukkan pukul 07.45, tujuan
semakin dekat, pengendara mengelakson kendaraannya secara bergantian, belum
lagi kendaraan yang didepannya ada yang belok kanan dan belok kiri, malah
klakson semakin menjadi-jadi. Terlihat di Maps Suatu pemandangan yang indah
dipikiranku, banyak pepohonan yang menutupi gedung-gedung indah, tanaman dan
lingkungan yang asri. Hingga pada akhirnya, tibalah disuatu belokan ke kanan
tepat ke arah utara melewati jembatan kearah kanan lagi. Yah begitulah
perjalanan yang dilewati. Hingga di pos jaga, seorang Satpan menyapa dengan
lembutnya, "Silahkan tarus motornya disebelah sana " tepat di kanan
jalan tempat berjejer seluruh motor tamu dan pengunjung hotel. Saya
menghampirir satpam tadi dengan mengawali pertanyaan "Saya tamu kegiatan
pemuda lintas agama, kemana saya harus pergi? Silahkan ikutin jalan lurus, ada
musholla di kanan jalan, nanti acaranya dimulai jam.11. Jawab satpam gagah
berseragam putih itu. Saya dipersilahkan masuk ke dalam dengan temanku. Dengan
wajah gembira yang disiasatinya sampai jam dikuar batas yang ditentukan, yaitu
jam 10.00, kini lebih dua jam, tiba di tempat tujuan jam 08.03. Berjalan ke
arah yang dituju dengan mengeluarkan kamera ponselku, jepret, jepret begitulah
nada lembut suara andoridku, hehe..
Waktu kian berlalu, para pemudawan dari
berbagai daerah, datang dan berkumpul dimusholla. Menyapa terlebih dahulu
kepada teman-teman baru, dari trenggalek dan malang, namanya sih, Roy, Fandi,
dan Dimas. Dengan keperluan sama, tujuan sama, dari daerah yang berbeda, dengan
bahasa yang sulit diphami, hehe.. Ngomong opo iki mas ?.. Gumamku dalam hati.
Badan yang pegal-pegal dilepaskan dengan
menelentangkannya pada hamparan keramik putih, dinginnya disertai angin
menghempas dedaunan. Kami berbincang seraya melepaskan penat. Hingga kemudian
badan tak kuat untuk dihamparkan lagi ingin istirahat panjang. Ahh, desiran
mulut menjadi-jadi. Gulang guling badan
ke segala arah, hampir jatuh melebihi batas lantai musholla.
Dedaunan melambai-lambai bukti
keceriaan akan datangnya pagi, berfotosintesis dengan oksisgen disekitar, angin
meniup dedaunan itu. Birunya daun menyegarkan mata pemberian sang pencipta. Air
kolam memancurkan keatas berotasi kembali kebawah. Kebahagiaan burung
mengicaukan suasana. Meramaikan telinga dengan alunan irama merdunya. Banyak
petugas-petugas mengerjakan perintah atasannya, ada yang menyirami rumput, ada
yang melakukan aksi membangun bangunan.
Para pemuda dari setiap daerah
berdatangan. Ada 120 Pemuda yang diundang untuk hadir pada kegiatan ini, yaitu
dari berbagai lintas agama, yang ada di Jawa Timur. 60 Pemuda Islam, 20 Pemuda
Kristen, 15 Pemuda Hindu, 15 Pemuda Buddha, dan 10 Pemuda Khonghuchu.
Setelah sekian lama menunggu waktu yang
ditentukan, tibalah pada jam 10.32. Dipanggil oleh salah seorang satpam untuk
mengisi data delegasi dan sebagainya. Berbagai pemudawan mengisi borang yang
diberi panitia. Dari berbagai agama, Islam, Kristen, Katolik, Budha, dan
Konghuchu ikut andil dalam hal ini. Pada jam 11.02 saya bersantai ria diatas
kursi empuk sambil mengabadikan momen yang penuh nuansa keindahan ini. Apa
boleh buat, seorang teman baru menyodorkan makanan Tango Cokelat didepanku, yah
dengan sigapnya satu wafer kuperoleh. Mengabadikan foto tetap berlanjut dengan
saling bergantian. Entah bagaimana jadinya nanti jika memori penuh dengan
mengabadikan momen ini. Hehe.
Berbagai
kelompok dari setiap delegasi bercanda ria sesama temannya, yang entah apa yang
dibicarakan tak kunjung usai.
..
Seiring
bergulirnya waktu, lonceng di tangan memutar sesui porosnya. Detak jantungnya
terdengar ke telinga. Waktu yang dinanti tepat pada putaran 19.00. Semua pemuda
memasang sepatu dan merapikan pakaiannya, bergegas keluar dari kamar indahnya.
Perut yang kurus memanggil-manggil untuk di isi dengan sesuap nasi. Ruang makan
dipenuhi pemudawan suka ria bercanda tawa. seolah dunia takkan pernah kiamat.
Rotasi
bumi tak pernah henti, semua pemuda dipersilahkan untuk masuk ke ruang utama..
Satpam penjaga pintu siap menyambut dengan ramah. Pintu besar terlewati. Ruang
megah nan besar dipenuhi kursi-kursi lembut dengan meja lebar muat tiga orang,
diatasnya dilengkapi note book sederhana, bolpen, air minum, premen, dan gelas
cantik si rat Elizabeth. Seminar antar umat beragama akan segera dimulai,
moderator memandu jalannya seminar dengan nada lantang memulai dengan salam
enam agama.
Pada
jam 12.00 para peserta Kegiatan Pemuda Lintas Agama dipersilahkan masuk ke
hotel setelah diberikan kunci RFID dengan berisi kata kartunya “It’s Always
Good to Come Home”. Semua barang-barang dibawa ke kamar masing-masing.
Sebenarnya pusing mencari kamar yang terbilang ratusan kamar. Ada empat ratus
lebih kamar singgasana hotel Surabaya. Akhirnya menemukan apa yang dicari,
yaitu kamar 408.
Kamar
dibuka perlahan, melihat kedalam kamar dengan mata lebar-lebar. Wooww !!!
berakhir sudah kehidupan yang serba dengan kesedihan. Kataku dalam hati. Hehe.
Mungkin itulah sifat manusiawi. Namun sebetulnya bukan disitulah letak
kehidupan sesungguhnya. Hidup baik dan lebih baik apabila kita menikmati apa
yang Tuhan berikan kepada kita. Apapun kita terima dengan qonaah. Itulah
sebenarnya nikmat dan kehidupan yang baik. Ada banyak hal yang saya dapatkan
dihari pertama ini.
Berbagai
fasilitas yang ada didalam kamar singgasan hotel surabaya, yaitu kamar mandi
yang bersih dengan berbagai alat didalamnya seperti shower, handuk, sabun, wc
duduk, dsb. Dikamar biasanya ada dua kaca besar, tv, lampu belajar, meja
belajar dengan kursi yang empuk yang menurut saya berguna bagi saya sendiri.
Hanya saja berandai-andai tidak pernah sirna dalam pikiran, selalu saja ada hal
yang menjadi sebab mengapa saya berpikir demikian. Andaikan saya hidup seperti
ini atau sedikitnya ada meja dan kursi belajar yang bisa dipakai setiap hari.
Yah, itulah curahan hati yang saat ini terjadi. Dua kasur empuk disertai lemari
dan AC yang begitu memyegarkan. Sungguh fasilitas yang sangat baik menurut
saya.
Beginilah
kehidupan. Ada kaya, miskin. Semuanya harus disyukuri, dengan cara tersebut
Tuhan akan mendengarkan kita, mendengarkan curahan hati kecil kita.
Hah,
makan bersama merupakan acara inti, entah saat kegiatan Bina Desa V yang saya
ikuti atau bahkan di Gubuk Sederhana milik Pak Kyai. Jam 12.45 para tamu
Kegiatan berkumpul bersama di ruang makan dengan Menu prasmanan yang
dihidangkan. Berbagai menu dipilih satu persatu yang sesuai dengan menu yang
lain, ada ikan panggang calo-calo, ayam goreng, terong panggang, dan
sebagainya. Layaknya bagaikan keluarga yang lama tak bertemu, dilalui dengan
keakraban makan menjadi lebih asyik.
Makan
siang sudah berakhir, para pemudawan beranjak dari kursi makannya. Semua
kembali ke kamar masing-masing. Televisi mulai dinyalakan, channel demi channel
dicari, terpilih SCTV sebagai jalan terakhir, sinetron Siang. Hehe
Menikmati
beberapa sinetron sembari menunggu acara pembukaan di POOL SIDE pada jam 14.30.
dua orang teman dikamar yang sama sibuk menonton sinetron itu. Saya sendiri
sibuk mengetik perjalanan hidup ini yang sedang dibaca kalian.
Para
Panitia telah menunggu di pinggiran kolam renang Singgasana Hotel Surabaya,
Kakak cantik dan dan tampan berjejer didekat mimbar kehormatan. Para pemuda
berbaris rapi dengan sebanyak dua belas kelompok yang beranggotakan sembilan
atau sepuluh anggota. Semuanya memasang wajah ceria, bahagia. Karena pada saat
itu adalah awal pembuka dari kegiatan yang dilaksanakan selama tiga hari ini
yang dibiingkai dengan upacara. Sebelum upacara dimulai, panitia mengadakan gladi
kotor sebagai latihan awal dalam meniti upacara yang sebenarnya sambil menunggu
para polisi dan kemenag Jatim.
Sang
Master of Ceremony membacakan susunan acara satu persatu dibarengi dengan
gerakan petugas upacara. Rentetan demi rentetan acara dibacakan. Singkat
cerita, upacara selesai. Setiap kelompok ditugaskan oleh panitia PLA untuk
membuat yel-yel dan jargom. Setelah itu, panitia membubarkan para pemuda untuk
kembali pada masing-masing kamar yang tempati. Kebetulah saya kebagian kamar
408. Kamar paling jauh dari tempat registrasi para tamu hotel. Tapi paling
dekat dengan hamparan kolam yang bening airnya.
Beberapa
kegiatan terlampaui oleh semangatnya diri untuk mendapatkan secuil keharmonisan
dengan teman lain agama. Hal ini tidak membawaku pada keadaan takut, karena
dengan ini akan ada perdamaian yang akan terbentuk. Pada hari Rabu pagi (13/09),
para pemuda berkumpul di Singgasana Adventure untuk mengadakan kampanye
(Menyebar kedamaian) dan outbond, para panitia juga berkumpul. Seluruh kelompok
akan menampilkan yel-yelnya, dipandu kak Anggita cantik dari CBP-KPP Jawa Timur.
Ia sangat lincah dalam memainkan kata-kata dalam berucap. Semangat pemuda
dipancing dengan teriakannya, “Pemuda Lintas Agama” Lantang Mbak Anggita
berucap. Serentak para pemuda menjawab “Kami rukun, kami damai, kami harmonis ”.
Kampanye
dimulai, para panitia mengarahkan setiap kelompok dipersilahkan berjalan sesuai
kelompok masing-masing. Setibanya di pintu depan Singgasana Hotel. Para pemuda
dan panitia berkumpul kembali. Senyuman manis dilepas dari wajahnya. Seraya
menunggu perintah, pemuda berpose dan berfoto selfie dengan kelompokya
masing-masing. Satu persatu kelompok diarahkan untuk membagi-bagikan stiker
pada pengguna jalan saat lampu merah menyala. Pubdekdok mengarahkan kamera
DLSRnya pada teman-teman yang memberikan stiker. Hingga stiker habis, semua
pemuda dipersilahkan untuk kembali ke Singgasana Adventure.
0 Response to "Cerita Bersama Hotel Singgasana Surabaya"
Posting Komentar
#Silahkan Komentar Sewajarnya
#Berkomentar Sesuai Topik yang Dibahas
#Dilarang Meletakkan Link ke Situs, Kecuali Referensi Komentar