Pagi Buta Menjelaskan Mimpi
9 Sep 2018
Add Comment
Tepat jam 04.20 saya bangun dari
tidur panjang, duduk tetap di pembaringan badan, seraya menggerakkan badan
kearah kanan dan kiri untuk melemaskan sendi yang kaku. Waktu terus berputar,
kamar mandi jadi tempat tujuan. Kamar mandi pondok terdiri dari 10 kamar yang
diperuntukkan 6 kamar santri dan 4 untuk pengurus pondok. Saya masuk di kamar
mandi yang bertuliskan Kamar Mandi Pengurus. Entah ukuran berapa kali berapa,
yang pasti sempit, tapi masih muat untuk satu orang kok. Membersihkan muka,
tangan, dan anggota lain yang harus dibersihkan dalam berwudhu’, mulut yang
penuh dengan busa tidak ketinggalan untuk berkumur-kumur.
Musholla santri putra memanjang
ke depan, al-qur’an berjajar di sampingnya, yaitu di jendela yang tidak ada
kacanya, selain itu, sholawat berzanji yang dikarang oleh Syekh al-Barzanji
juga berjejer rapi di pinggir jendela, serta bacaan-bacaan yang lain yang
dibaca sehabis sholat isya’ nanti. Kelompol
berjamaah utama sudah selesai, tapi masih ada jamaah yang lain yang mendirikan
dipimpin oleh yang paling bagus suaranya dan bisa diandalkan. Masih dalam
rakaat pertama, karena baru saja mendirikan sholatnya. Gerakan demi gerakan
sholat di lakukan, sampai pada langkah dzikir. Seperti biasa, aku membaca
dzikir setelah sholat, kemudian disusul dengan bacaan lain yaitu bacaan untuk permohonan
keselamatan selama sehari.
Speaker santri putri terus
berirama melantunkan sholawat seperti biasa dibaca yaitu sholawat kasih sayang
dan permintaan kepada wali Allah. Adapun isi dari permintaan itu tiada lain
memintakan kepada Allah untuk diberangkatkan haji ke Baitullah, minta rezeki
yang luas dan memintakan kepada Allah
untuk mengampuni dosa-dosa yang telah dikerjakan selama hidup. Tidak
ketinggalan juga, santri putra tidak pot dari membaca sholawat tersebut sebelum
santri putri melakukannya. Hanya saja tidak dilantunkan dengan pengeras suara
yang santri putri gunakan.
Menunggu lantunan sholawat yang
di dendangkan santri putri, aku duduk di teras kamar pengurus selama kira-kira
7 menit, karena lantunan sholawat tersebut di variasikan oleh beberapa lagu
yang seperti biasanya di lagukan.
Semua santri putra bergegas ke
musholla santri putri untuk melakukan aktivitas seperti biasa yaitu ngaji kitab
kuning, ada dua versi kitab yang digunakan yaitu kita kuning dan kitab yang memang sudah ada harkat dan
maknanya, tentu di kitab yang sama yaitu “Sullam Taufiq”. Kyai melihat
kemampuan santri dalam menyerap penjelasan seraya melihat apakah santri bisa
membaca kitab atau tidak. Pembagian versi kitab ini, supaya santri yang masih belum
tahu membaca kita gundul dapat menyerap dan membaca langsung makna yang sudah
ada di kitab tersebut. Alasan lain yang bisa saya tangkap, bergantung pada
tingkat pendidikan, jika masih tingkat SD-SMP menggunakan kitab yang ada harkat
dan maknanya, sedangkan SMA-Perguruan Tinggi menggunakan kitab kuning.
Santri putra berjejer dibelakang
dengan tempat duduk yang sama dan bangku yang berbeda. Setiap santri putra
memiliki tempat duduk masing-masing, untuk memudahkan kyai dalam mengecek
ketidakhadiran santri ketika mengaji. Kira-kira 5 orang yang masih belum hadir.
Santri putra lain memanggil dan menyuruh segera berkumpul karena pengajian akan
segera dimulai.
Kyai seperti biasanya melakukan
pembacaan khususan kepada Rasulullah dan diikuti pembacaan al-
fatihah
bersama setelahnya. Semua santri membaca amalan yang ada di kitab ta’lim yang
dibaca 3 kali berulang-ulang untuk meminta rezeki yang diperuntukkan kepada
diri sendiri, orangtua, dan lembaga yaitu pesantren Baiturrahman. Pengajian
kitab dimulai, pembahasan pagi ini tentang Khamar, sebut saja minuman
memabukkan yang tidak boleh di minum, karena menyebabkan yang meminum akan
lupa, dan akan ada sebab lain yang diperolehnya. Setiap yang memabukkan tidak
diperbolehkan untuk diminum, kecuali minuman yang tidak sengaja didiamkan,
seperti la’ang yang didiamkan selama berhari-hari tanpa dilakukan pencampuran
didalamnya. Maka tetap boleh diminum.
Sekitar jam 06.00 kyai membagi
tugas para santri, hari itu hari minggu, semua santri mendapat bagian
masing-masing, ada 4 kelompok putra dengan tugas masing-masing. Tugas kelompok
pertama adalah menjemput pasir dengan kereta disertai dengan Artco yang
dibawanya, kelompok kedua melakukan pembersihan didepan rumah Ust. Rofi’i,
karena rumahnya baru dibangun, ada banyak kayu berserakan dan sampah-sampah
yang lain, sembari merapikan genting yang akan dipakai untuk atap Gazebo santri
Putra. Tugas Kelompok yang ketiga membersihkan halaman pondok, dan kelompok
keempat membersihkan musholla.
Pembagian tugas ini merupakan
langkah cepat yang dilakukan kyai untuk mempercepat selesainya tugas-tugas yang
diberikan, sebut saja istilahnya pendelegasian tugas. Cepat dan kompak adalah
kata yang cocok untuk menggambarkan pembagian tugas ini. Semakin kompak maka akan
semakin cepat dan selesai.
Semua santri mendapatkan bagian
kebersihan, tidak hanya santri putra, santri putripun juga kebagian tugas yang
secara umum adalah menanak nasi, membersihkan musholla, dan halaman pondok
putri. Tidak begitu tahu terhadap pembagian tugasnya, sebab santri putra
meninggalkan ruangan pengajian dulu. Baru kyai membagi tugas santri putri
setelahnya.
Kegiatan pembersihan dihari
minggu hampir selesai, seluruh santri bersantai ria, ada yang mengelap sepeda
motornya, mennyapu kamarnya, dan lain sebagainya. Pada intinya dihari minggu
adalah hari pembersihan sepondok. Sampah-sampah yang bertebaran dimana-mana
jadi objek.
Saya masuk ke kamar,
mengotak-atik Handphone kecil yaitu Samsung Lipat, ada panggilan tak terjawab
dari sang perempuan, ada dua kali panggilan. Kira-kira jam 05.55 ia
meneleponnya. Waktu itu jam 07.00 yang melihat panggilan tak terjawab itu. Saya
telepon balik, saya disuruh menjemput makanan ke rumahnya, tidak jauh dari
pondok, sekitar 1 km ke selatan. Ceritanya ia sudah membuka warung sekitar jam
05.30, menggoreng gorengan pisang, tapai, dan ketela. Rencananya mau dijual di
warung tersebut. Tapi tepat pada jam 06.00 ada pengumuman orang meninggal, gorengan tersebut tidak jadi
dijual. Orang meninggal tepat di timur rumahnya. Saya menjemput makanan dengan
teman pondok, ada nasi dan gorengan. Obrolan pagi terjadi, mulai dari pembuatan
kamar mandi dan lain sebagainya ditanyakan. Memastikan bahwa waktu itu tidak
ada kesepian kata. Es dan air ditawarkan memastikan juga ada yang dimakan waktu
itu. Rezeki pembacaan tadi pagi manjur. Membuahkan hasil.
Nasi putih yang dibungkus dengan
plastik hitam dan gorengan dengan plastik hitam yang lain dibawa pulang dengan
tidak ketingalan mengucapkan terimakasih pada pemberi. Makan terasa hambar jika
hanya nasi putih saja, sedangkan gorengan hanya yang manis-manis. Sepakat
membeli mie goreng instant dan mie kuah jadi kuah, hehehe. Krupuk pedas jadi
ikan jadi-jadian.
Mie goreng telah jadi beserta
kuahnya, hahaha. Ada tiga mie yang direbus, dicampur dengan tahu goreng yang
sudah disediakan oleh santri putri, sempat mencari tahu yang mentah untuk di
rebus bersama mie goreng tersebut, tapi tidak ada. Mencari cabe pun tak ada.
Makan tetap berlanjut walau yang memberikan rasa tidak ada. Hehehe.
Setelah itu melanjutkan kegiatan
lain,yaitu membersihkan kotoran yang ada di sepeda motor, sembari memastikan
bahwa tidak lewat jam 08.00, sedang asyik-asyik membuka-buka baut sepeda,
melihat kedalam adakah kotoran yang hinggap di sepedaku. Aki dan tebeng dibawah
jok sepeda juga dibuka. Hari itu, hari pertama saya membuka tebeng honda. Ada
berbagai macam kotoran, mulai dari kotoran oli, tanah, dan lain sebagainya.
Selesai dari membersihkan sepeda
motor, saya melihat jam di telepon kecilku, sudah sekitar jam 08.00 lebih, aku
terlambat hadir ke pelatihan mesin foto copy di belakang perpus umum, acara
tersebut diumumkan di login awal wifi “AYO KE PERPUSTAKAAN”. Saya tidak bisa
menghairi pelatihan tersebut, karena saat itu masih belum mandi, dan perjalanan
kira-kira 10 menit dengan sepeda motor. Ada berbagai pelatihan yang bisa
dihadiri oleh pemustaka mulai dari pelatihan desain, kertas kreatif, dan
sebagainya jadi acara inti yang diadakan diperpus tersebut. Ada teman pondok
mengajak berenang, tapi juga digagalkan, karena kondisi badan yang tidak
memungkinkan.
Adzan dluhur berkumandang,
toa-toa masjid mendengungkan. Bergegas ke kamar mandi membersihkan badan,
membersihkan berbagai kotoran yang dihasilkan dari pembersihan halaman di pagi
hari. Sholat dluhur bersama teman dan membaca dzikir bersama seperti biasanya.
Kembali pada tempat pembaringan melakukan aksi sebagaimana orang-orang lakukan
untuk merehatkan badan. Membaca doa sebelum tidur sampai pada proses pengapuran.
0 Response to "Pagi Buta Menjelaskan Mimpi"
Posting Komentar
#Silahkan Komentar Sewajarnya
#Berkomentar Sesuai Topik yang Dibahas
#Dilarang Meletakkan Link ke Situs, Kecuali Referensi Komentar