-->

Pagi Buta Menjelaskan Mimpi


Tepat jam 04.20 saya bangun dari tidur panjang, duduk tetap di pembaringan badan, seraya menggerakkan badan kearah kanan dan kiri untuk melemaskan sendi yang kaku. Waktu terus berputar, kamar mandi jadi tempat tujuan. Kamar mandi pondok terdiri dari 10 kamar yang diperuntukkan 6 kamar santri dan 4 untuk pengurus pondok. Saya masuk di kamar mandi yang bertuliskan Kamar Mandi Pengurus. Entah ukuran berapa kali berapa, yang pasti sempit, tapi masih muat untuk satu orang kok. Membersihkan muka, tangan, dan anggota lain yang harus dibersihkan dalam berwudhu’, mulut yang penuh dengan busa tidak ketinggalan untuk berkumur-kumur.
Santri Putra Setelah Ngaji Kitab
Musholla santri putra memanjang ke depan, al-qur’an berjajar di sampingnya, yaitu di jendela yang tidak ada kacanya, selain itu, sholawat berzanji yang dikarang oleh Syekh al-Barzanji juga berjejer rapi di pinggir jendela, serta bacaan-bacaan yang lain yang dibaca sehabis  sholat isya’ nanti. Kelompol berjamaah utama sudah selesai, tapi masih ada jamaah yang lain yang mendirikan dipimpin oleh yang paling bagus suaranya dan bisa diandalkan. Masih dalam rakaat pertama, karena baru saja mendirikan sholatnya. Gerakan demi gerakan sholat di lakukan, sampai pada langkah dzikir. Seperti biasa, aku membaca dzikir setelah sholat, kemudian disusul dengan bacaan lain yaitu bacaan untuk permohonan keselamatan selama sehari.  

Speaker santri putri terus berirama melantunkan sholawat seperti biasa dibaca yaitu sholawat kasih sayang dan permintaan kepada wali Allah. Adapun isi dari permintaan itu tiada lain memintakan kepada Allah untuk diberangkatkan haji ke Baitullah, minta rezeki yang luas dan memintakan kepada Allah  untuk mengampuni dosa-dosa yang telah dikerjakan selama hidup. Tidak ketinggalan juga, santri putra tidak pot dari membaca sholawat tersebut sebelum santri putri melakukannya. Hanya saja tidak dilantunkan dengan pengeras suara yang santri putri gunakan.

Menunggu lantunan sholawat yang di dendangkan santri putri, aku duduk di teras kamar pengurus selama kira-kira 7 menit, karena lantunan sholawat tersebut di variasikan oleh beberapa lagu yang seperti biasanya di lagukan.

Semua santri putra bergegas ke musholla santri putri untuk melakukan aktivitas seperti biasa yaitu ngaji kitab kuning, ada dua versi kitab yang digunakan yaitu kita kuning  dan kitab yang memang sudah ada harkat dan maknanya, tentu di kitab yang sama yaitu “Sullam Taufiq”. Kyai melihat kemampuan santri dalam menyerap penjelasan seraya melihat apakah santri bisa membaca kitab atau tidak. Pembagian versi kitab ini, supaya santri yang masih belum tahu membaca kita gundul dapat menyerap dan membaca langsung makna yang sudah ada di kitab tersebut. Alasan lain yang bisa saya tangkap, bergantung pada tingkat pendidikan, jika masih tingkat SD-SMP menggunakan kitab yang ada harkat dan maknanya, sedangkan SMA-Perguruan Tinggi menggunakan kitab kuning.

Santri putra berjejer dibelakang dengan tempat duduk yang sama dan bangku yang berbeda. Setiap santri putra memiliki tempat duduk masing-masing, untuk memudahkan kyai dalam mengecek ketidakhadiran santri ketika mengaji. Kira-kira 5 orang yang masih belum hadir. Santri putra lain memanggil dan menyuruh segera berkumpul karena pengajian akan segera dimulai.

Kyai seperti biasanya melakukan pembacaan khususan kepada Rasulullah dan diikuti pembacaan al-
fatihah bersama setelahnya. Semua santri membaca amalan yang ada di kitab ta’lim yang dibaca 3 kali berulang-ulang untuk meminta rezeki yang diperuntukkan kepada diri sendiri, orangtua, dan lembaga yaitu pesantren Baiturrahman. Pengajian kitab dimulai, pembahasan pagi ini tentang Khamar, sebut saja minuman memabukkan yang tidak boleh di minum, karena menyebabkan yang meminum akan lupa, dan akan ada sebab lain yang diperolehnya. Setiap yang memabukkan tidak diperbolehkan untuk diminum, kecuali minuman yang tidak sengaja didiamkan, seperti la’ang yang didiamkan selama berhari-hari tanpa dilakukan pencampuran didalamnya. Maka tetap boleh diminum.

Sekitar jam 06.00 kyai membagi tugas para santri, hari itu hari minggu, semua santri mendapat bagian masing-masing, ada 4 kelompok putra dengan tugas masing-masing. Tugas kelompok pertama adalah menjemput pasir dengan kereta disertai dengan Artco yang dibawanya, kelompok kedua melakukan pembersihan didepan rumah Ust. Rofi’i, karena rumahnya baru dibangun, ada banyak kayu berserakan dan sampah-sampah yang lain, sembari merapikan genting yang akan dipakai untuk atap Gazebo santri Putra. Tugas Kelompok yang ketiga membersihkan halaman pondok, dan kelompok keempat membersihkan musholla.

Pembagian tugas ini merupakan langkah cepat yang dilakukan kyai untuk mempercepat selesainya tugas-tugas yang diberikan, sebut saja istilahnya pendelegasian tugas. Cepat dan kompak adalah kata yang cocok untuk menggambarkan pembagian tugas ini. Semakin kompak maka akan semakin cepat dan selesai.

Semua santri mendapatkan bagian kebersihan, tidak hanya santri putra, santri putripun juga kebagian tugas yang secara umum adalah menanak nasi, membersihkan musholla, dan halaman pondok putri. Tidak begitu tahu terhadap pembagian tugasnya, sebab santri putra meninggalkan ruangan pengajian dulu. Baru kyai membagi tugas santri putri setelahnya.

Kegiatan pembersihan dihari minggu hampir selesai, seluruh santri bersantai ria, ada yang mengelap sepeda motornya, mennyapu kamarnya, dan lain sebagainya. Pada intinya dihari minggu adalah hari pembersihan sepondok. Sampah-sampah yang bertebaran dimana-mana jadi objek.

Saya masuk ke kamar, mengotak-atik Handphone kecil yaitu Samsung Lipat, ada panggilan tak terjawab dari sang perempuan, ada dua kali panggilan. Kira-kira jam 05.55 ia meneleponnya. Waktu itu jam 07.00 yang melihat panggilan tak terjawab itu. Saya telepon balik, saya disuruh menjemput makanan ke rumahnya, tidak jauh dari pondok, sekitar 1 km ke selatan. Ceritanya ia sudah membuka warung sekitar jam 05.30, menggoreng gorengan pisang, tapai, dan ketela. Rencananya mau dijual di warung tersebut. Tapi tepat pada jam 06.00 ada pengumuman  orang meninggal, gorengan tersebut tidak jadi dijual. Orang meninggal tepat di timur rumahnya. Saya menjemput makanan dengan teman pondok, ada nasi dan gorengan. Obrolan pagi terjadi, mulai dari pembuatan kamar mandi dan lain sebagainya ditanyakan. Memastikan bahwa waktu itu tidak ada kesepian kata. Es dan air ditawarkan memastikan juga ada yang dimakan waktu itu. Rezeki pembacaan tadi pagi manjur. Membuahkan hasil.

Nasi putih yang dibungkus dengan plastik hitam dan gorengan dengan plastik hitam yang lain dibawa pulang dengan tidak ketingalan mengucapkan terimakasih pada pemberi. Makan terasa hambar jika hanya nasi putih saja, sedangkan gorengan hanya yang manis-manis. Sepakat membeli mie goreng instant dan mie kuah jadi kuah, hehehe. Krupuk pedas jadi ikan jadi-jadian. 

Mie goreng telah jadi beserta kuahnya, hahaha. Ada tiga mie yang direbus, dicampur dengan tahu goreng yang sudah disediakan oleh santri putri, sempat mencari tahu yang mentah untuk di rebus bersama mie goreng tersebut, tapi tidak ada. Mencari cabe pun tak ada. Makan tetap berlanjut walau yang memberikan rasa tidak ada. Hehehe.

Setelah itu melanjutkan kegiatan lain,yaitu membersihkan kotoran yang ada di sepeda motor, sembari memastikan bahwa tidak lewat jam 08.00, sedang asyik-asyik membuka-buka baut sepeda, melihat kedalam adakah kotoran yang hinggap di sepedaku. Aki dan tebeng dibawah jok sepeda juga dibuka. Hari itu, hari pertama saya membuka tebeng honda. Ada berbagai macam kotoran, mulai dari kotoran oli, tanah, dan lain sebagainya.

Selesai dari membersihkan sepeda motor, saya melihat jam di telepon kecilku, sudah sekitar jam 08.00 lebih, aku terlambat hadir ke pelatihan mesin foto copy di belakang perpus umum, acara tersebut diumumkan di login awal wifi “AYO KE PERPUSTAKAAN”. Saya tidak bisa menghairi pelatihan tersebut, karena saat itu masih belum mandi, dan perjalanan kira-kira 10 menit dengan sepeda motor. Ada berbagai pelatihan yang bisa dihadiri oleh pemustaka mulai dari pelatihan desain, kertas kreatif, dan sebagainya jadi acara inti yang diadakan diperpus tersebut. Ada teman pondok mengajak berenang, tapi juga digagalkan, karena kondisi badan yang tidak memungkinkan.

Adzan dluhur berkumandang, toa-toa masjid mendengungkan. Bergegas ke kamar mandi membersihkan badan, membersihkan berbagai kotoran yang dihasilkan dari pembersihan halaman di pagi hari. Sholat dluhur bersama teman dan membaca dzikir bersama seperti biasanya. Kembali pada tempat pembaringan melakukan aksi sebagaimana orang-orang lakukan untuk merehatkan badan. Membaca doa sebelum tidur sampai pada proses pengapuran.

0 Response to "Pagi Buta Menjelaskan Mimpi"

Posting Komentar

#Silahkan Komentar Sewajarnya
#Berkomentar Sesuai Topik yang Dibahas
#Dilarang Meletakkan Link ke Situs, Kecuali Referensi Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel