-->

Cara Menyeimbangkan Dunia dan Akhirat (Tawazzun)



Semoga dalam lindungan-Nya.

Pembaca yang Budiman, Pada kesempatan kali ini, penulis sekedar menyalurkan sedikit tetesan ilmu yang Insya Allah menaburkan sejuta manfaat bagi semua insan termasuk ikhwan waa akhwat fii at-Ta’allumi...

Pernahkah sejenak saja terlintas dalam angan kita mengenai alasan Allah ciptakan adanya siang dan malam, laki-laki dan perempuan, langit dan bumi, kaya dan miskin, sehat dan sakit, tampan dan cantik, dan sebagainya??? mungkin saja tidak. kenapa??? karena yang selalu terlintas di otak kita hanyalah tentang kesenangan yang bersifat fana. Begitu juga selama ini, kita hanya disibukkan oleh urusan duniawi saja, sedangkan urusan ukhrowi yang sifatnya kekal tak pernah terfikirkan oleh akal kita, padahal dua urusan ini sangatlah penting untuk kita saling sempurnakan diantara keduanya.

Yaaa begitulah manusia.... yang bisanya hanya jadi penikmat dari segala yang kita peroleh tanpa ada rasa timbal.

Secara alamiah, Allah menciptakan kehidupan ini dengan begitu sempurna yang tak akan mungkin dapat dijangkau oleh siapapun termasuk kita yang hanyalah manusia biasa. Allah SWT ciptakan dunia ini dengan penuh keseimbangan. Ada siang ada malam, ada kaya dan miskin, ada tua ada muda, ada panas ada dingin, ada semi ada gugur, ada laki ada perempuan dan masih banyak lagi. Subhannallah,,, itu semua adalah bukti bahwa kehidupan kita ini merupakan suatu titik menuju konsep keseimbangan atau bisa kita sebut sebagai “Tawazzun”. Berbicara tentang tawazzun, sebenarnya apa sih itu tawazzun???

Dalam kitab suci Al-qur’an, Allah SWT berfirman dalam (Q.S. Al-Mulk: 3).

“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang.”

Yaaa... itulah yang disebut dengan tawazzun yang berarti keseimbangan.
Islam mengajarkan kita untuk hidup seimbang, tanpa ada ketimpangan-ketimpangan antara yang satu dengan yang lainnya dalam arti tidak ada kelebihan atau kekurangan, serta tanpa harus ada yang lebih ekstrim memberi perhatian pada satu aspek dan mengorbankan aspek yang lainnya. mengapa begitu??? Karena  itu semua merupakan satu kesatuan dan menjelaskan fungsi yang sama dalam struktur kehidupan manusia. Ada keseimbangan yang bersifat fisik maupun psikis. Ada pula keseimbangan yang condong kepada  materialisme dan  spiritualisme dalam kehidupan. Hal tersebut merupakan isyarat bagi manusia untuk hidup dalam keseimbangan pula. Keseimbangan disini dapat dikatakan sebagai fitrah dalam kehidupan manusia. Allah menciptakan manusia sesuai dengan fitrah . Sesuai fitrah keseimbangan ciptaanNya, Islam menghendaki ketiga dimensi tersebut berada dalam keadaan tawazun (seimbang). Oleh karenanya, Allah menganugerahkan manusia dengan 3 potensi, yaitu:
1.     Jasmani
Manusia merupakan makhluk Allah yang lemah. Untuk itu, manusia membutuhkan suatu asupan gizi dalam jasmaninya guna dapat menjalankan aktivitas sehari-harinya dengan baik. Berkaitan hal tersebut,  Rasulullah SAW pernah bersabda “Sesungguhnya mu’min yang kuat itu lebih disukai Allah daripada mu’min yang lemah“. (HR. Muslim). Itulah yang menjadi dasar bahwa jasad/jasmani kita memerlukan makanan agar terjadi keseimbangan. Makanan yang dapat kita makan juga hendaknya makanan yang halal lagi thoyyib karena itulah yang akan memberikan kebarokahan untuk diri kita. Hal demikian telah disebutkan dalam Al-Qur’an surah ‘Abasa ayat 24 disebutkan ”maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya”.(QS. ‘Abatsa:24). Bukan itu saja, melainkan kebutuhan jasmani yang lain seperti, beristirahat, olah raga, dan hal lain yang bisa menguatkan jasmani itu sangat diperlukan oleh tubuh kita. Dalam mahfudzat dikatakan “al-aqlus saliim fil jismis as-saliim” artinya “akal yang sehat terdapat dalam jiwa yang kuat”. Jika jasmani kita sehat, maka untuk bertaqarrub kepada sang Pencipta juga akan lebih semangat.
2.   Akal
Sesuatu yang membedakan manusia dengan hewan adalah akalnya. Akal jugalah yang menjadikan manusia lebih mulia daripada makhluk lainnya. Dengan akalnya, manusia dapat membedakan antara yang baik dan buruk, dapat menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah kepada yang munkar, serta dapat membantunya dalam memanfaatkan apa yang didapatkan dari Tuhannya dan semua itu akan mereka lakukan dalam rangka memenuhi tugasnya sebagai khalifah di muka bumi ini. Seperti yang telah tercantum dalam surah al-baqarah ayat 30 yang artinya:
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui"
3.   Rohani
Pemenuhan kebutuhan rohani sangatlah penting dalam kehidupan manusia. Kebutuhan rohani disini dapat diartikan sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Allah dengan cara berdzikir atau mengingat Allah sepanjang perjalanan hidup kita.
Karena tanpa pemenuhan tersebut, hati kita akan selalu merasa gegana. Namun, jika kita selalu ingat akan sang Maha Kuasa yang telah memberikan segalanya untuk kita, Insya Allah jiwa dan hati kita akan dipenuhi oleh rasa tentram, tenang, dan damai. Allah telah menyebutkan dalam firman-Nya surah ar-Ra’du ayat 28, yang artinya:
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”.

Dengan demikian, penting untuk kita pahami bahwa sesungguhnya dengan keseimbangan dapat membantu kita untuk meraih kebahagiaan yang hakiki, baik  berupa kebahagiaan batin seperti hati akan selalu dipenuhi dengan kedamaian, dan kebahagiaan lahir, yakni kebahagiaan dengan kita dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik.

Sedangkan manusia yang termasuk manusia yang tidak tawazzun diantaranya sebagai berikut:
a.    Manusia atheis: tidak mengakui Allah dan hanya bersandar pada rasio saja.
b.    Manusia materialis, yakni manusia yang hanya mementingkan pada materi atau jasmaninya saja.
c.    Manusia pantheis, yakni manusia yang hanya mementingkan batinnya saja.
Mari kita ubah mindset kita dengan yang lebih baik yang cenderung tidak hanya mengacu pada hal-hal yang bersifat duniawi saja melainkan kita bisa bertawazzun antara duniawi dengan ukhrowi guna memberikan kesejahteraan serta kedamaian bagi kehidupan kita. Hal yang dapat kita lakukan dalam bertawazzun ialah dengan cara:
a.    Meningkatkan ibadah kita secara perlahan-lahan. Seperti melaksanakan sholat qiyamul lail, sholat dhuha dsb.
b.    Menghindari kebiasaan buruk yang dapat berkaitan dengan kesehatan. Seperti sering bergadang di malam hari.
c.    Beraktivitas yang dapat memberikan manfaat bagi tubuh. Seperti olahraga, makan makanan yang bergizi dsb.

Semoga wawasan baru yang saya berikan kepada pembaca dapat memberikan manfaat yang begitu besar bagi para pembaca. [Wardatul Amniyah]


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel