Cara Menyeimbangkan Dunia dan Akhirat (Tawazzun)
15 Mar 2018
Semoga dalam lindungan-Nya.
Pembaca yang Budiman, Pada kesempatan kali ini, penulis sekedar menyalurkan sedikit tetesan ilmu yang Insya Allah menaburkan sejuta manfaat bagi semua insan termasuk ikhwan waa akhwat fii at-Ta’allumi...
Pernahkah sejenak saja terlintas dalam angan kita mengenai alasan Allah ciptakan adanya siang dan malam, laki-laki dan perempuan, langit dan bumi, kaya dan miskin, sehat dan sakit, tampan dan cantik, dan sebagainya??? mungkin saja tidak. kenapa??? karena yang selalu terlintas di otak kita hanyalah tentang kesenangan yang bersifat fana. Begitu juga selama ini, kita hanya disibukkan oleh urusan duniawi saja, sedangkan urusan ukhrowi yang sifatnya kekal tak pernah terfikirkan oleh akal kita, padahal dua urusan ini sangatlah penting untuk kita saling sempurnakan diantara keduanya.
Yaaa begitulah manusia.... yang bisanya hanya jadi penikmat dari segala yang kita peroleh tanpa ada rasa timbal.
Secara alamiah, Allah menciptakan kehidupan ini dengan begitu sempurna yang tak akan mungkin dapat dijangkau oleh siapapun termasuk kita yang hanyalah manusia biasa. Allah SWT ciptakan dunia ini dengan penuh keseimbangan. Ada siang ada malam, ada kaya dan miskin, ada tua ada muda, ada panas ada dingin, ada semi ada gugur, ada laki ada perempuan dan masih banyak lagi. Subhannallah,,, itu semua adalah bukti bahwa kehidupan kita ini merupakan suatu titik menuju konsep keseimbangan atau bisa kita sebut sebagai “Tawazzun”. Berbicara tentang tawazzun, sebenarnya apa sih itu tawazzun???
Dalam kitab suci Al-qur’an, Allah SWT berfirman dalam (Q.S. Al-Mulk: 3).
Pembaca yang Budiman, Pada kesempatan kali ini, penulis sekedar menyalurkan sedikit tetesan ilmu yang Insya Allah menaburkan sejuta manfaat bagi semua insan termasuk ikhwan waa akhwat fii at-Ta’allumi...
Pernahkah sejenak saja terlintas dalam angan kita mengenai alasan Allah ciptakan adanya siang dan malam, laki-laki dan perempuan, langit dan bumi, kaya dan miskin, sehat dan sakit, tampan dan cantik, dan sebagainya??? mungkin saja tidak. kenapa??? karena yang selalu terlintas di otak kita hanyalah tentang kesenangan yang bersifat fana. Begitu juga selama ini, kita hanya disibukkan oleh urusan duniawi saja, sedangkan urusan ukhrowi yang sifatnya kekal tak pernah terfikirkan oleh akal kita, padahal dua urusan ini sangatlah penting untuk kita saling sempurnakan diantara keduanya.
Yaaa begitulah manusia.... yang bisanya hanya jadi penikmat dari segala yang kita peroleh tanpa ada rasa timbal.
Secara alamiah, Allah menciptakan kehidupan ini dengan begitu sempurna yang tak akan mungkin dapat dijangkau oleh siapapun termasuk kita yang hanyalah manusia biasa. Allah SWT ciptakan dunia ini dengan penuh keseimbangan. Ada siang ada malam, ada kaya dan miskin, ada tua ada muda, ada panas ada dingin, ada semi ada gugur, ada laki ada perempuan dan masih banyak lagi. Subhannallah,,, itu semua adalah bukti bahwa kehidupan kita ini merupakan suatu titik menuju konsep keseimbangan atau bisa kita sebut sebagai “Tawazzun”. Berbicara tentang tawazzun, sebenarnya apa sih itu tawazzun???
Dalam kitab suci Al-qur’an, Allah SWT berfirman dalam (Q.S. Al-Mulk: 3).
“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu
sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang
tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang
tidak seimbang.”
Yaaa... itulah yang disebut dengan tawazzun yang
berarti keseimbangan.
Islam mengajarkan kita untuk hidup seimbang, tanpa ada
ketimpangan-ketimpangan antara yang satu dengan yang lainnya dalam arti tidak
ada kelebihan atau kekurangan, serta tanpa harus ada yang lebih ekstrim memberi
perhatian pada satu aspek dan mengorbankan aspek yang lainnya. mengapa
begitu??? Karena itu semua merupakan
satu kesatuan dan menjelaskan fungsi yang sama dalam struktur kehidupan
manusia. Ada keseimbangan yang bersifat fisik maupun psikis. Ada pula
keseimbangan yang condong kepada
materialisme dan spiritualisme
dalam kehidupan. Hal tersebut merupakan isyarat bagi manusia untuk hidup dalam
keseimbangan pula. Keseimbangan disini dapat dikatakan sebagai fitrah dalam
kehidupan manusia. Allah menciptakan manusia sesuai dengan fitrah . Sesuai fitrah keseimbangan ciptaanNya, Islam
menghendaki ketiga dimensi tersebut berada dalam keadaan tawazun (seimbang).
Oleh karenanya, Allah menganugerahkan manusia dengan 3 potensi, yaitu:
1.
Jasmani
Manusia merupakan makhluk Allah yang
lemah. Untuk itu, manusia membutuhkan suatu asupan gizi dalam jasmaninya guna
dapat menjalankan aktivitas sehari-harinya dengan baik. Berkaitan hal
tersebut, Rasulullah SAW pernah bersabda
“Sesungguhnya mu’min yang kuat itu lebih disukai Allah daripada mu’min yang
lemah“. (HR. Muslim). Itulah yang menjadi dasar bahwa jasad/jasmani kita
memerlukan makanan agar terjadi keseimbangan. Makanan yang dapat kita makan
juga hendaknya makanan yang halal lagi thoyyib karena itulah yang akan
memberikan kebarokahan untuk diri kita. Hal demikian telah disebutkan dalam
Al-Qur’an surah ‘Abasa ayat 24 disebutkan ”maka hendaklah manusia itu
memperhatikan makanannya”.(QS. ‘Abatsa:24). Bukan itu saja, melainkan
kebutuhan jasmani yang lain seperti, beristirahat, olah raga, dan hal lain yang
bisa menguatkan jasmani itu sangat diperlukan oleh tubuh kita. Dalam mahfudzat
dikatakan “al-aqlus saliim fil jismis as-saliim” artinya “akal yang
sehat terdapat dalam jiwa yang kuat”. Jika jasmani kita sehat, maka untuk bertaqarrub
kepada sang Pencipta juga akan lebih semangat.
2.
Akal
Sesuatu yang membedakan manusia dengan hewan adalah
akalnya. Akal jugalah yang menjadikan manusia lebih mulia daripada makhluk
lainnya. Dengan akalnya, manusia dapat membedakan antara yang baik dan buruk,
dapat menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah kepada yang munkar, serta dapat membantunya
dalam memanfaatkan apa yang didapatkan dari Tuhannya dan semua itu akan mereka
lakukan dalam rangka memenuhi tugasnya sebagai khalifah di muka bumi ini.
Seperti yang telah tercantum dalam surah al-baqarah ayat 30 yang artinya:
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para
Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah)
di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui"
3.
Rohani
Pemenuhan kebutuhan rohani sangatlah penting dalam kehidupan
manusia. Kebutuhan rohani disini dapat diartikan sebagai bentuk rasa syukur
kita kepada Allah dengan cara berdzikir atau mengingat Allah sepanjang
perjalanan hidup kita.
Karena tanpa pemenuhan tersebut, hati kita akan selalu
merasa gegana. Namun, jika kita selalu ingat akan sang Maha Kuasa yang telah
memberikan segalanya untuk kita, Insya Allah jiwa dan hati kita akan dipenuhi
oleh rasa tentram, tenang, dan damai. Allah telah menyebutkan dalam firman-Nya
surah ar-Ra’du ayat 28, yang artinya:
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka
manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati
Allah-lah hati menjadi tenteram”.
Dengan demikian, penting untuk kita pahami bahwa
sesungguhnya dengan keseimbangan dapat membantu kita untuk meraih kebahagiaan yang
hakiki, baik berupa kebahagiaan batin
seperti hati akan selalu dipenuhi dengan kedamaian, dan kebahagiaan lahir,
yakni kebahagiaan dengan kita dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan
baik.
Sedangkan manusia yang termasuk manusia yang tidak
tawazzun diantaranya sebagai berikut:
a.
Manusia atheis: tidak mengakui Allah dan hanya
bersandar pada rasio saja.
b.
Manusia materialis, yakni manusia yang hanya
mementingkan pada materi atau jasmaninya saja.
c.
Manusia pantheis, yakni manusia yang hanya mementingkan
batinnya saja.
Mari kita ubah mindset kita dengan yang lebih baik yang
cenderung tidak hanya mengacu pada hal-hal yang bersifat duniawi saja melainkan
kita bisa bertawazzun antara duniawi dengan ukhrowi guna memberikan
kesejahteraan serta kedamaian bagi kehidupan kita. Hal yang dapat kita lakukan
dalam bertawazzun ialah dengan cara:
a.
Meningkatkan ibadah kita secara perlahan-lahan. Seperti
melaksanakan sholat qiyamul lail, sholat dhuha dsb.
b.
Menghindari kebiasaan buruk yang dapat berkaitan dengan
kesehatan. Seperti sering bergadang di malam hari.
c.
Beraktivitas yang dapat memberikan manfaat bagi tubuh.
Seperti olahraga, makan makanan yang bergizi dsb.
Semoga wawasan baru yang saya berikan kepada pembaca
dapat memberikan manfaat yang begitu besar bagi para pembaca. [Wardatul
Amniyah]