FieldNote 9: Mengajar
27 Agu 2018
Add Comment
Seperti biasa, aktivitas yang saya
lakukan tidaklah beda jauh dengan hari-hari sebelumnya. Pada jam 07.00 wib saya
berangkat ke sekolah SDN Klompang Barat 2 dengan berjalan kaki dengan memakai
celana jeans, baju hem pink, dan rambut keren, HP yang selalu di tangan
berjalan sembari menscroll layar HP mencari bahan ajar yang akan diberikan
kepada siswa. Jalan yang debunya berterbangan kemana-mana, mukapun jadi sasaran
olehnya.
Sampai di sekolah kira 10 menit
setelahnya, saya langsung masuk ke kantor, bertemu dengan beberapa guru yang
sudah berada di kantor lebih awal ketimbang saya. Bapak yang duduk dikursi
paling timur yang setiap hari membawa kopi menggunakan botol air tanggung
menawarkan kopinya pada saya, mengambil gelas kecil dan saya perlahan-lahan menyalinnya
ke cangkir. Beberapa waktu kemudian bapak yang menawarkan kopi tersebut meminta
saya untuk mengawasi gerak jalan bagian perempuan. Kearah utara dari sekolah
tersebut gerak jalan itu di gerakkan, sekitar 1 km dari sekolah. diperempatan
jalan sana sejauh mata memandang, saya dan pasukan gerak jalan berhenti
(istirahat sejenak). Kemudian melanjutkan lagi untuk pulang. Ada tiga kata yang
saya pelajari dari gerak jalan yang dilakukan yaitu keseriusan, kekompakan, dan
ketangkasan. Itu menjadi bumerang utama bagi pasukan gerak jalan. Kalau memang
3 kata itu ada dalam dirinya, maka yakin akan menang akhirnya jika dilombakan.
Siswa berkumpul di lapangan depan
kantor, menghampiri siswa tersebut saya sedikit bertanya tentang siswa kelas 6,
kemanakah nantinya akan melanjutkan studi, ke MTs-kah, MA-kah, tapi tidak
dengan pertanyaan yang saya tawarkan, kebanyakan dari mereka ingin mondok
setelah lulus dari SDN ini. Perlu memupuk kesadaran kepada siswa bagi guru
ataupun orangtua. Bahwa sistem yang dijalankan sekolah tidaklah sama lagi
dengan sistem kuno yang telah puluhan tahun ditawarkan. Siswa/i dijadikan modal
mendapatkan dana bantuan berupa BOS atau yang lainnya, sehingga anak hanya
menjadi cara untuk mendapatkannya, beda dengan pondok yang merupakan sistem yang
selalu tidak berubah dari jaman ke jaman dan itu terbukti dalam realita.
Walaupun demikian, orangtualah yang menentukan dissertai kemauan anak tersebut.
Berkumpul bersama di lapangan
telah selesai, ke kantor sejenak bertanya ada ruang kelas yang tidak ada guru
atau tidak, teryata ada yaitu kelas 1 dan 2. Namun walaupun tidak ada, salah
satu guru tetap memberikan tugas menulis kepada siswa dari buku paket yang ada.
Saya masuk kelas 1, sekali membaca
papan informasi kelas di dingding yang di pajang, kelas 1 memiliki banyak
inventaris dari meja, kursi, buku, lemari dan lain sebagainya. Halnya dengan
siswa/i terdapat 6 siswa dan 2 siswi, namun 1 siswi tidak masuk pada saat itu.
Sebut saja Albi yang tidak bisa
menulis apa yang saya tugaskan kepada siswa walaupun dia bisa membaca. Disuruh
menulis tetaplah tidak bisa, terpaksa harus memberikan pengalahan kepada siswa
yang lain untuk tetap menulis tugas apa yang saya tulis dipapan. Tugas yang
suruh saya tulis adalah “Kelas 1 SDN Klompang Barat 2 Pintar Semua”. Siswa
menyeru kebanyakan, padahal hanya satu kalimat. Saya memandang kelas 1 hanya
perlu dipelajari menulis dan membaca tanpa banyak perlu penjelasan, karena
mungkin hanya segelintir siswa dari yang ada yang mendengarkan penjelasan guru.
Kelas 1 kebanyakan diajari bermain walaupu 1 tingkat diatasnya dari anak TK.
Kira-kira jam 10.00 saya
memulangkan siswa/i, dari siswapun tidak hentinya meminta pulang kepada saya.
Waktunya pulang memang pada jam itu, bersamaan dengan kelas 2. Sekejap saya masuk ke kelas 2, ada
banyak siswa, tidak sempat menghitung, ada sekitar 25 siswa yang hadir di kelas
sembari menulis tugas yang diberikan guru, dan pada akhirnya juga dipulangkan.
Dluhur kurang 20 menit, saya pulang dengan mengendarai sepatu saya. Dan
akhirnya mempersiapkan untuk pergi ke masjid.
0 Response to "FieldNote 9: Mengajar "
Posting Komentar
#Silahkan Komentar Sewajarnya
#Berkomentar Sesuai Topik yang Dibahas
#Dilarang Meletakkan Link ke Situs, Kecuali Referensi Komentar