Menjadi Siswa yang Di Segani Oleh Guru

Dua hal yang harus dilakukan oleh pencari ilmu dalam mencari ilmu. Tidak sembarang orang yang mendapatkan ilmu yang bermanfaat, selain pencari ilmu harus memiliki sifat yang baik, tentu juga harus melakukan beberapa hal dibawah ini:

Guru dan Murid (Sumber: ikimfm.my)

1. Mengagungkan Ilmu

Seorang pelajar untuk memperoleh kesuksesan dalam mencari ilmu tidak hanya mementingkan kuantitas, artinya banyaknya sesuatu yang diperoleh dari menuntut ilmu, tapi seorang pelajar harus lebih mementingkan kualitas dirinya, yaitu melihat akankah bermanfaat ilmu yang selama ini didapat oleh dirinya, sehingga banyak tidaknya yang didapat selama menuntut ilmu akan terasa berharga ketika sudah bermanfaat buat dirinya, terutama bagi orang lain. 

Untuk memperoleh kualitas dan kuantitas yang baik dalam menuntut ilmu, seorang pelajar harus mengagungkan ilmu tersebut. Sukses atau tidaknya seorang pelajar dalam menuntut ilmu tergantung bagaimana ia mengagungkan ilmu yang dipelajari dan didapat. 

Manusia tidak menjadi kafir lantaran maksiatnya, tapi ia kafir lantaran tidak mengagungkan  ilmu dan Allahnya.

2. Mengagungkan Guru

Syarat untuk memperoleh ilmu yang bermanfaat selain mengagungkan ilmu adalah mengagungkan  guru, karena mengagungkan  ilmu tanpa mengagungkan yang mengajari tentu saja adalah kebohongan, sia-sia pada akhirnya yang dipelajari. Siapa saja sumber dari ilmu pengetahuan tersebut yang menjadikan kamu tahu harus hormati, tidak akan jadi manfaat ilmu yang didapat jika guru hanya jadi sumber pengetahuan tanpa dihormati, malah akan menjadikan balak kepada penuntut ilmu tersebut.

Menghormati guru antara lain: Tidak berjalan didepan gurunya, tidak duduk ditempatnya, tidak mengajak bicara kecuali guru memperkenankan bicara atau mengajaknya berbicara, tidak berbicara yang macam-macam, dan tidak menanyakan hal-hal yang membosankan.

Berangkat Belajar (Sumber: Inspirasi.co)

Pada intinya, untuk menjadi pelajar yang baik adalah melakukan hal-hal yang membuat gurunya rela, menjauhkan amarah, tidak mengunjingnya, tidak melanggar perintahnya, dan memuliakan putera dan semua orang yang terikat dengan sang Guru.

Sayyidina Ali. ra berkata: Saya menjadi hamba sahaya dan siapapun yang telah mengajariku satu huruf, maka terserah kepadanya, saya mau dijual, dimerdekakan atau tetap menjadi hambanya

Saking menghormatinya Sayyidina Ali. ra kepada seorang guru, walaupun ia mengajarkan kepadanya satu huruf saja, ia pasrah apa kata seorang guru tersebut. Pentingnya seorang  pelajar memiliki sifat seperti Ali. Ra yang taat kepada gurunya. 

Orang yang mengajari satu huruf dalam urusan agamamu, adalah bapak dalam kehidupan agamamu.

Selain itu, pentingnya orangtua mengerti terhadap pendidikan, orangtua tentu tahu kemana anak akan di sekolahkan. Tentu tidak hanya bermodal memasrahkan kepada lembaga terkait, tetapi juga orangtua harus memuliakan, mengagungkan, dan menghaturkan hadiah kepada kaum ahli agama (tempat anak sekolah). Orangtua jika menginginkan anak menjadi orang berilmu dan ilmunya dapat bermanfaat kepada orang lain, tentu harus mengerti dan paham terhadap pendidikan dan yang ada didalamnya.

Senyum Sehat (Sumber: pixabay.com)

Nampaknya ada cerita dari seorang guru yaitu Syaikhul Islam Burhanuddin Shahibul Hidayah yaitu pengarah kitab ta'limul mu'taallim bercerita, ada seorang imam besar di Bukhara, pada suatu ketika sedang asyiknya ia dalam majlis ilmu sering berdiri dan duduk kembali. Setelah ditanya oleh seorang karena kelakuannya berdiri dan duduk kembali. Lalu beliau menjawab: Ada putera seorang guru yang tengah bermain-main di halaman rumah dengan teman-temannya, bila saya melihat, sayapun berdiri demi menghormai guruku. 

Itulah pentingnya seorang penuntut ilmu menghormati seorang guru untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat untuk dirinya dan orang lain. Karena ilmu bersanding erat dengan pemiliknya (Guru). Jika ia memperoleh ilmu dari seseorang, ia harus menghormati orang tersebut. Tentu juga orangtua harus mengerti pada guru anak tersebut.

Source: Burhanul Islam Az-Zarnuji, Ta’limul Muta’allim Thariqut Ta’allum, Surabaya: Al-Hidayah.

Share this post