FieldNote 1: Pengajian Langgar
27 Agu 2018
Add Comment
Pada maghrib Malam Kamis, 19 Juli 2018 saya
ikut berjamaah di langgar (adat madura) dekat dengan rumah kepala desa Klompang
Barat, yaitu ketimur rumah beliau, sekitar 2 rumah setelah rumah masyarakat.
terbilang banyak santrinya, terdiri 6
anak laki-laki dan beberapa anak perempuan, serta diikuti beberapa masyarakat
yang ikut berjamaah di langgar tersebut. Kondisi langgar tampak tradisional
seperti yang digunakan oleh Wali songo jaman dulu.
Sempat berbicara dengan Kyai yang
punya langgar tentang kuantitas santri yang diajari oleh kyai.
Rizal: Ada berapa orang yang
mengaji disini ?
Kyai: disini santrinya, santri
musengan, kadang banyak, kadang sedikit,
jadi sekitar 20 orang laki-laki dan perempuannya.
Rizal: Ada berapa guru yang
mengajar Kyai ?
Kyai: Cuma dua orang, itupun Cuma saya
dan menantu saya.
Rizal: Ough, bagaimana dengan
sistem mengajarnya kyai?
Kyai: Anak-anak mengaji dengan
menggunakan microphone yang di tashih sama guru yang mengajar.
Begitulah
perbincangan kecil dengan kyai, Dua puluh menit setelah itu saya dan teman-teman
diberikan keleluasaan untuk mengajar adik-adik di langgar tersebut, ada 3 anak
yang menghafal juz 30 dan 3 lagi belajar membaca al-Quran secara fasih. Saya
mengajar 3 anak yang belajar al quran secara fasih tersebut. Kebiasaan di
langgar tersebut adalah mengaji menggunakan microphone dengan satu putaran,
namun saya mencegatnya berhenti setelah satu putaran berlalu, tiga adik
tersebut disuruh lagi mengaji satu putaran lagi, karena adzan isya’ masih lama,
kita-kira kurang 30 menit.
Mengaji bersama telah berlalu, mereka
menawarkan untuk main tebak-tebakan. Gelak tawa menghiasi bibir mereka, saya
melihat dengan wajah senang, berbinar dan memancarkan kebahagiaan dalam hati.
Walaupun akhirnya adik-adik tidak bisa menjawab tebak-tebak tersebut. Sampai
beberapa dari mereka mentertawai yang lain, dan saling mentertawai satu sama
lain, hingga akhirnya mereka menyerah dan menyuruhku untuk mengemukakan
jawabannya.
Shalat isya’ sekitar 18.40, adik penghafal
alquran juz 30 tersebut memberanikan diri untuk adzan, suara menderma
telinga-telinga para mahasiswa KPM, indah, dan perlahan-lahan menggetarkan
hati, karena suaranya merdu dan menyejukkan. Dzikir seperti biasanya dibaca
oleh adik-adik. Kemudian salah satu orang menunjuk dari beberapa teman saya
untuk mengimami shalat isya berjamaah tersebut, dia adalah kordes dari lokasi
KPM yang saya tempati yaitu Hawadi. Wow, suaranya dengan bacaan fatihan serta
surah pendek yang dibacanya membuat tidak khusuk adik yang menjadi makmum
dibelakangnya, karena mereka mungkin baru mendengarkan suara seperti yang
dilantunkan oleh sang imam.
Dari realita yang ada, dalam hal
pengetahuan tentang tajwid, mereka tidak tahu, namun dari segi bacaannya mereka
sudah bisa membaca dengan benar, walaupun tidak sepenuhnya, kemudian adalah
kelompok penghafal juga, dan sebagian ada yang mengaji biasa. Sehingga perlu
kiranya ada semacam pengajakan kepada keluarga yang mempunyai anak kecil untuk
mengaji di langgar ini untuk masyarakat terdekat.
0 Response to "FieldNote 1: Pengajian Langgar"
Posting Komentar
#Silahkan Komentar Sewajarnya
#Berkomentar Sesuai Topik yang Dibahas
#Dilarang Meletakkan Link ke Situs, Kecuali Referensi Komentar