FieldNote 11: Bermasyarakat
29 Agu 2018
Add Comment
Jam 06.00 pagi merupakan waktu
yang sangat tepat untuk memulai segala aktivitas, karena melihat kondisi badan
masih sangat sehat, melampaui tidur panjang semalaman. Kami peserta KPM
berencana untuk menelusuri dusun pao bawang, mencari data mengenai sejarah,
serta bertanya-tanya tentang keunikan dan kearifan lokal di paobawang ini. Ada
tiga peserta yang siap melakukan aksi ini.
Perencanaan itu telah matang
dilakukan, kamipun berangkat dengan berjalan kaki, karena memang maunya
sendiri, menikmati indahnya pemandangan. Jika pakai sepeda motor tidak akan
menemui sebuah keindahan atau tak sempat menikmatinya. Maka kamipun berjalan
kaki.
Setelah sampai di selatan MI
Riyadhul Mubtadiin kami berhenti, karena melihat ibu dan anak perempuannya
melakukan aktivitas jemput dan bawa argo kerumahnya, mereka mengangkut “bahan
tembhuken” dalam bahasa maduranya. Sempat terjadi perbincangan sebelum kami
membantu.
Rizal: apa se elakonih empiyan
BU’?
BU’ Salim: akebeyeh kendal yak Nak
?
Rizal: bee, napa kendal nikah BU’?
BU Salim: kassah, e adhekna roma
(sembari menunjuk kerumahnya, tapi tidak terlihat)
Rizal: toreh kaule nolongannah ?
BU salim: tikkel tak usa, jhek
potrepot.
Rizal: enten tak napah bu’,
ke’lakekna kammah bu’?
Bu’ salim: nyare ombelen Nak,
tetti kaule se alakoh.
Kemudian aku membantu ibu salim
melakukan aktivitasnya, biasanya pekerjaan lelaki, tapi di lakukan perempuan.
Bukan tega, memang keluarganya saling mengisi. Yang laki-laki mencari uang
untuk menafkahi keluarganya, sedangkan yang perempuan tetap melakukan sesuatu
walaupun itu berat dan lama. Mereka bilang pekerjaan ini dilakukan ketika sempatnya
saja.
Dua puluh menit berlalu, kami di datangi anak
perempuannya sambil membaawa “cangker seng” (istilah madura) dan diikuti bu’
salim beberapa menit kemudian membawa gorengan pisang. Kami menolak minuman itu
dengan mengatakan “jhek pitrepot mbak,” tinggel tak napah, jawabnya. Kami
bekerja untuk membantu agar aktivitasnya bisa semakin ringan.
Setelah “tembukhen” tersebut sudah
semuanya diangkut ke depan rumahnya, kamipun pergi ke sungai untuk mencuci
kaki, tpai rencana sebelumnya mandi,
ketika sampai di sungai ada ibu lagi nyuci, jadi batalkan karena takut
mengganggu ibu yang nyuci tersebut sehingga menyebabkan kotor airnya.
Kami pergi ke selatan sungai untuk
melakukan observasi langsung mengenai apa saja yang ditanam para petani di
musim kemarau ini, yang kamu temui yaitu, menanam tembakau, kacang,jagung,
kacang panjang, dan gubis. Itu sementara yang kami lihat.
Kami telusuri berbagai sawah
ladang yang ditanami warga desa Klompang Barat, ternyata ada sebagaian warga
yang menanam gubis, untuk wawancara tidak ada yang stand by sawah yang ditanami
gubis tersebut. Kami mengambil dokumentasi sementara dan akan di lakukan
penelusuran kembali, sebab dilihat dari tanamannya, gubis itu memiliki ciri
khas tersendiri dari daun dan bentuk tanamannya.
0 Response to "FieldNote 11: Bermasyarakat"
Posting Komentar
#Silahkan Komentar Sewajarnya
#Berkomentar Sesuai Topik yang Dibahas
#Dilarang Meletakkan Link ke Situs, Kecuali Referensi Komentar